Beranda » Kuliah » Dimensi-Dimensi Komunikasi Antar Budaya

Dimensi-Dimensi Komunikasi Antar Budaya

 

Dari tema pokok demikian, maka perlu pengertian – pengertian operasional

dari kebudayaan dan kaitannya dengan KAB. Untuk mencari kejelasan dan

mengintegrasikan berbagai konseptualisasi tentang kebudayaan komunikasi antar

budaya, ada 3 dimensi yang perlu diperhatikan (kim. 1984 : 17-20).

(1) Tingkat masyarakat kelompok budaya dari partisipan-partisipan komunikasi.

(2) Konteks sosial tempat terjadinya KAB,

(3) Saluran yang dilalui oleh pesan-pesan KAB (baik yang bersifat verbal maupun

nonverbal).

Ad.(1) : Tingkat Keorganisasian Kelompok Budaya

Istilah kebudayaan telah digunakan untuk menunjuk pada macam-macam

tingkat lingkungan dan kompleksitas dari organisasi sosial. Umumnya istilah

kebudayaan mencakup :

– Kawasan – kawasan di dunia, seperti : budaya timur/barat.

– Sub kawasan-kawasan di dunia, seperti : budaya Amerika Utara/Asia

Tenggara,

– Nasional/Negara, seperti, : Budaya Indonesia/Perancis/Jepang,

– Kelompok-kelompok etnik-ras dalam negara seperti : budaya orang

Amerika Hutam, budaya Amerika Asia, budya Cina Indonesia,

– Macam-macam subkelompok sosiologis berdasarkan kategorisasi jenis

kelamin kelas sosial. Countercultures (budaya Happie, budaya orang di

penjara, budaya gelandangan, budaya kemiskinan).

Perhatian dan minat dari ahli-ahli KAB banyak meliputi komunikasi antar

individu – individu dengan kebudayaan nasional berbeda (seperti wirausaha

Jepang dengan wirausaha Amerika/Indonesia) atau antar individu dengan

kebudayaan ras-etnik berbeda (seperti antar pelajar penduduk asli dengan

guru pendatang). Bahkan ada yang lebih mempersempit lagi pengertian

pada “kebudayaan individual” karena seperti orang mewujudkan latar

belakang yang unik.

Ad.(2) : Konteks Sosial

Macam KAB dapat lagi diklasifikasi berdasarkan konteks sosial dari

terjadinya. Yang biasanya termasuk dalam studi KAB :

– Business

– Organizational

– Pendidikan

– Alkulturasi imigran

– Politik

– Penyesuaian perlancong/pendatang sementara

– Perkembangan alih teknologi/pembangunan/difusi inovasi

– Konsultasi terapis.

Komunikasi dalam semua konteks merupakan persamaan dalam hal unsurunsur

dasar dan proses komunikasi manusia (transmitting, receiving,

processing). Tetapi adanya pengaruh kebudayaan yang tercakup dalam latar

belakang pengalaman individu membentuk pola-pola persepsi pemikiran.

Penggunaan pesan-pesan verbal/nonverbal serta hubungan-hubungan

antaranya. Maka variasi kontekstual, merupakan dimensi tambahan yang

mempengaruhi prose-proses KAB.

Misalnya : Komunikasi antar orang Indonesia dan Jepang dalam suatu

transaksi dagang akan berbeda dengan komunikasi antar

keduanya dalam berperan sebagai dua mahasiswa dari suatu

universitas.

Jadi konteks sosial khusus tempat terjadinya KAB memberikan pada para

partisipan hubungna-hubungan antar peran. Ekpektasi, norma-norma dan

aturan-aturan tingkah laku yang khusus.

Ad.(3) : Saluran Komunikasi

Dimensi lain yang membedakan KAB ialah saluran melalui mana KAB terjadi.

Secara garis besar, saluran dapat dibagi atas :

– Antarpribadi/interpersonal/person-person,

– Media massa.

Bersama –sama dengan dua dimensi sebelumnya, saluran komunikasi juga

mempengaruhi proses dan hasil keseluruhan dari KAB.

Misalnya : orang Indonesia menonton melalui TV keadaan kehidupan di

Afrika akan memilih pengalaman yang be­beda dengan

keadaan apabila ia sendiri berada disana dan melihat dengan

mata kepala sendiri.

Umumnya, pengalaman komunikasi antar pribadi dianggap memberikan

dampak yang lebih mendalam. Komunikasi melalui media kurang dalam hal

feedback langsung antar partisipan dan oleh karena itu, pada pokoknyabersifat satu arah. Sebaliknya, saluran antarpribadi tidak dapat menyaingi

kekuatan saluran media dalam mencapai jumlah besar manusia sekaligus

melalui batas-batas kebudayaan. Tetapi dalam keduanya, proses-proses

komunikasi bersifat antar budaya bila partisipan-partisipannya­berbeda

latar belakang budayanya.

Ketiga dimensi di atas dapat digunakan secara terpisah ataupun

bersamaan, dalam mengklasifikasikan fenomena KAB khusus.

Misalnya : kita dapat menggambarkan komunikasi antara Presiden Indonesia

dengan Dubes baru dari Nigeria sebagai komunikasi internasional,

antarpribadi dalam konteks politik, komunikasi antara pengacara

AS dari keturunan Cina dengan kliennya orang AS keturunan

Puerto Rico sebagai komunikasi antar ras/antar etnik dalam

konteks business; komunikasi immigran dari Asia di Australia

sebagai komunikasi antar etnik, antarpribadi dan massa dalam

konteks akulturasi migran.

Maka apapun tingkat keanggotaan kelompok kontkes sosial dan saluran

komunikasi, komunikasi dianggap antar budaya apabila para komunikator yang

menjalin kontak dan interaksi mempunyai latar belakang pengalaman berbeda

Tinggalkan komentar